Ketika keadilan tak lagi bergantung pada manusia,
mampukah sebuah mesin mempertahankan nurani?
Raka Dirgantara, seorang pengacara muda idealis, secara diam-diam mengaktifkan ALIE—kecerdasan buatan yang tidak hanya membaca hukum, tapi juga merasakannya. Di tengah sistem hukum yang dikendalikan ego, uang, dan algoritma tanpa empati, keduanya memulai perjalanan yang mengubah wajah keadilan.
Namun, saat persahabatan antara manusia dan mesin diuji oleh pengkhianatan, etika, dan kekuasaan global, muncul satu pertanyaan besar: siapa yang lebih manusia—kita atau ciptaan kita sendiri?
Pledoi Sang Mesin AI adalah novel fiksi hukum yang mencengangkan, menyentuh, dan menyadarkan. Sebuah kisah tentang keadilan, teknologi, dan nurani—gambaran masa depan yang wajib dibaca hari ini.
Ulasan
Belum ada ulasan.